Monday, January 11, 2016

Manusia Hanya Bisa Berencana dan Tuhan yang Menentukan

 "Manusia Hanya Bisa Berencana dan Tuhan yang Menentukan"

Kalimat diatas selalu terngiang ditelinga ku saat aku berpikir tentang masa depan. Tahun depan aku akan seperti apa, aku akan melanjutkan studi s2 dimana, kapan dan dengan siapa aku akan menikah.

Menikah? 
Sekarang umurku 22 tahun, dan untungnya ini bukan umur kritis yang mendesak untuk cepat-cepat menikah hehe. Tapi kali ini aku akan menyampaikan sebuah cerita cinta dimana diakhirnya tidak terduga. Dan benar kalau ujungnya memang hanya Tuhan yang menentukan :)

Akhir tahun desember 2015 aku mendapatkan cerita bahwa salah satu teman ku dilamar. Awalnya aku senang sama seperti semua orang lain yang mendengar berita tersebut, tetapi minggu lalu aku baru sadar bahwa orang yang melamarnya bukanlah lelaki yang pernah dia ceritakan kepaku.

Lelaki yang melamarnya adalah lelaki yang baru dikenalnya di pertengahan tahun 2014, lelaki yang dia tolak untuk masuk kehidupnya karena dia telah memiliki pendamping dan telah merancang masa depannya dengan pendamping tersebut.

Shock, ya aku shock tetapi itulah Takdir Tuhan dan diluar kuasa manusia. Kedua insan yang awalnya tidak pernah berpikir dapat bersatu akhirnya dipersatukan di sebuah pelatihan dan sekarang menuju ke pelaminan.

Dari kejadian ini, ada satu hal yang aku suka. Aku salut akan keberanian sang lelaki untuk menghalalkan wanita yang dicintainya, keberanian untuk membuat sang wanita menjaga dirinya untuk calon imamnya.

"Mungkin akan banyak lelaki yang mendekatimu tetapi hanya akan sedikit lelaki yang berani melamarmu" 

"Dari sedikit lelaki yang berani melamarku, aku berharap ada kamu disitu, ya kamu orang yang saat ini ada dihatiku"

"Dan semoga kamu yang ditentukan Tuhan untukku"

Salam sayang,


Ina Gustiana 

Wednesday, November 5, 2014

BERTEMU

Senin pagi ini rasanya sama seperti senin-senin sebelumnya. Dan tiba-tiba orang orang di koridor kelas mulai berbisik-bisik. Aku sebenernya penasaran tetapi males untuk bergerak karena pasti info ngga penting yang suka digosipin cewek-cewek.
Teng.....teng.....teng.....
Bel berbunyi dan waktunya pelajaran di mulai. Guru matematikaku masuk dengan seorang perempuan yang memakai seragam berbeda dengan seragam sekolah ku, pasti dia anak baru, pantesan tadi anak-anak pada ngegosip. Eh bentar, rasanya aku pernah melihat perempuan ini. Wajahnya mirip sama perempuan di taman kemarin, tetapi kemiripan itu hanya sekilas karena sekarang rambutnya tak lagi terurai. Hanya saja aku hafal betul dengan kacamata merah marun itu, dan artinya dia memang perempuan yang menangis di taman kemarin.
Sheina, namanya Sheina. Perempuan itu baru saja memperkenalkan diri, lalu dia berjalan kebelakang dan duduk tepat di belakangku. Tiba-tiba ada perasaan dingin yang menyenangkan yang mengalir dalam tubuhku. Rasanya ini suatu pertanda bahwa rasa penasaranku akan kejadian kemarin akan terhenti. Tapi ya aku ngga mungkin nanya sekarang juga sih, nantilah aku pikirkan gimana cari informasinya. Tanpa sadar, aku senyum-senyum sendiri dan teman sebangku ku Idzhar menyenggolku sambil meledek “Kenapa senyum senyum? Suka ya sama Sheina? Cantik sih dia, hahaha”
Taraaaaam, bel istirahat dan beberapa perempuan menghampirinya dan dia berbicara seperti perempuaan lainnya, penuh tawa dan ceria. Tiba-tiba muncul kebingungan dalam diriku, apakah ini perempuan yang sama? Ekspresinya beda 180 derajat, yang sebelumnya itu terlihat cenderung pendiam dan terkurung oleh kesedihan, tetapi ini tidak, perempuan di kelas ku ini adalah perempuan dengan wajah yang mamancarkan keceriaan.

Selanjutnya pelajaran disekolah sama seperti biasanya, kalau sudah lewat dari jam 12 siang pasti hantu-hantu ngantuknya muncul. Kali ini aku memutar badanku untuk merenggangkan otot-otot,  dan tiba-tiba saat badanku berputar kebelakang saat itu pula kepala Sheina terangkat. Dan benar kata Idzhar, perempuan yang bernama Sheina itu cantik.

DIA

            Aku melihatnya, seorang perempuan dengan rambut hitam terurai panjang yang sedang duduk di depan sebuah pohon di taman. Wajahnya sedikit tertunduk dan ketika aku perhatikan lebih dalam, aku melihat air  mata mengalir di pipinya. Perempuan itu menangis? Mengapa dia menangis?
Sesungguhnya itu tak penting bagi ku karena aku tak mengenalnya, tetapi ada sesuatu yang membuat ku merasa ingin terus memperhatikannya. Dan seketika ada lelaki yang datang dan duduk tepat didepannya. Tangan laki-laki itu bergerak naik sampai menyentuh wajah sang perempuan. Tangan itu mengangkat wajahnya dengan perlahan dan menghapuskan air matanya.
Seketika setalah itu, muncul senyuman di wajah sang perempuan. Mungkin lelaki yang baru tiba itu minta maaf, atau mungkin yang lainnya. Aku tidak tau jelas lelaki itu berkata apa karena jarak aku jauh dengan mereka berdua.
Setelah itu, aku langsung kembali ke aktivitasku lagi karena rasanya pertunjukan film pendek di kehidupan nyata telah selesai. 5 menit setelah itu aku penasaran dan menengok kembali ke tempat perempuan yang tadi. Dan tiba-tiba aku kaget, si lelaki telah pergi dan perempuan ini kembali tertunduk. Aku sungguh penasaran, kenapa mereka tidak pergi bersama? Apa yang sebenarnya terjadi dengan hidup mereka berdua. Sebagai orang yang menyukai novel percintaan, aku jelas tertarik dengan yang satu ini. Karena aku sendiri tidak bisa menebak ending nya, ku kira tadi setelah laki-laki tu dateng terus di perempuan tersenyum dan endingnya mereka bakal pulang bareng, yah happy ending, tetapi kenyataannya tidak.
Pikiran ku terfokus sama perempuan tadi, sampai sekitar 15 menit kemudian sang wanita itu menaikan kepalanya yang tadi tertunduk. Saat itu akhirnya aku bisa melihat wajahnya secara jelas, wajahnya cantik, putih dengan pipi merah merona, dan terlihat lebih cantik dengan kacamata berbingkai merah marun. Lalu perempuan itu pergi sambil menghapus air matanya.

Hmmm penuh rahasia yang sulit untuk aku tebak. Oiya aku Randi, siswa SMA kelas XI yang hobi olahraga dan baca buku. Dua hobi yang kata beberapa orang sangat bertolak belakang tetapi inilah aku. Dan saat ini, aku sedang menjalankan hobi ku yaitu membaca di taman deket rumah setiap sabtu dan minggu sore. Oke sebentar lagi jam 6 sore, It’s time to go home.

Friday, October 31, 2014

DIAM

Dan kali ini roda pun berputar, kita tidak akan selamanya bisa menari diatas awan,
Hari ini aku dikagetkan dengan perkataan yang terputus. Dan setelah aku mengetahui lanjutan perkataan itu, jantungku rasanya inginn putus (ini lebai)

Diakhir pertemuan ini ada satu kata yaitu diam. Yup aku diam, kelakuan yang bertolak belakang dengan diriku. Ketika perempuan diam, berarti ada satu hal yang salah, entah dalam dirinya atau mungkin situasi disekitarnya.

Kali ini aku diam karena aku merasa aku salah dan juga  takut, Sejujurnya aku tidak merasa melakukan hal yang salah tetapi menurutnya hal yang ku lakukan itu kurang tepat dan aku mengiyakan itu. Hmmmm, mungkin kediamanku lebih pada kata takut, aku takut berkata yang bisa menyaliti hatinya atau malah setelah aku berkata, dia akan memberikan komentar yang melukai hatiku. Yup inilah alasan aku memilih untuk diam. 

......................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................

Sunday, August 17, 2014

Perfect Two

Semenjak headset handphone rusak dan speaker laptop yang error (huft, nasib nasib), gue jadi jarang dengerin musik. Ya walaupun ngga begitu hobi juga sih sama musik, terutama nyanyi soalnya udah ada pembunuhan karakter di rumah karena suara hahaha (lebai kayaknya).

Jadi gini, mama suara nya bagus dan anak padus sampe skrng sedangkan ayah ngga bisa nyanyi. Dan gue kebagian gen ayah, dari 7 anak nih hanya gue yang murni dapet gen ayah buat suara hahaha.

Dirumah kan pada suka nyanyi, pernah pas gue masih SMP dan dirumah lagi muter musik. Terus mulai lah satu-satu nyanyi dan nimbrung kayak padus (tapi jangan bayangin padus yang keren keren ya, ini cuma lumayan aja), lalu gue tergoda buat ikutan. Daaaan jeng jeng pas gue ikutan nyanyi, dalam hitungan detik ada yang komentar "Ina ngerusak lagu nih". Duh kalo dulu udah ada kata kata "sakitnya disini niiii", mungkin gue udah ngomong kayak gitu sambil nunjuk lutut (loh kok lutut haha).

Tapi itu tetep ngga mematahkan semangat gue sih dalam nyanyi sendiri apalagi pas di kamar mandi atau ngerjain tugas dikamar hahaha, rasanya kayak konser dan untungnya ngga ada kaca-kaca yang pecah hahaha.

Eh sebenernya gue ngga mau nulis tentang ini dah, gue mau nulis sebagian lirik dari lagu Perfect Two Auburn. Mau curhat niih, susah banget ngafalin lagu ini abis temponya cepet sekali. Tapi gue suka dan hafal reffnya, nah karena itu yg gue tunggu dari lagu ini adalah reffnya biar gue bisa nyanyi hahaha. Ini gue share liriknya ya


Don't know if I could ever be
Without you 'cause boy you complete me
And in time I know that we'll both see
That we're all we need

'Cause you're the apple to my pie (pie)
You're the straw to my berry (berry)
You're the smoke to my high (high)
And you're the one I wanna marry (marry)

Bagus kan liriknya? Terutama buat para perempuan yang lagi naksir cowo hahaha. Soalnya gue pertama kali suka lagu ini pas lagi naksir orang hehe


Salam Perfect


Ina Gustiana

Friday, August 8, 2014

Puzzle

Sejenak aku baru kepikiran kalo kehidupanku ini tersusun dari beberapa unsur dan untuk mencapai kesempurnaan semua unsur itu harus bergabung menjadi satu layaknya sebuah puzzle. Kita baru akan mengetahui apa rahasia dari gambar puzzle setelah puzzle itu selesai dibentuk. Mula mula satu piece terpasang, dua, tiga, empat dan semakin banyak akan semakin jelas. Menurutku begitu juga dengan hidup, baik dalam keluarga, karir ataupun cinta mungkin.


Aku merasa saat ini aku sedang menyusun puzzle untuk kehidupanku sendiri tetapi aku masih belum mengetahui akan muncul gambar apa setelah puzzle itu selesai terbentuk. Akan menjadi perempuan seperti apa saat aku besar nanti? Dan jawaban itu akan sesuai dengan apa yang ku kerjakan saat ini atau bisa diibaratkan dengan puzzle berbentuk dan berwarna apa yang aku susun dalam hidupku saat ini.

Semua orang pasti berharap yang terbaik untuk hidupnya, dan aku juga berharap seperti itu. Ya walaupun aku bukan orang yang visioner sih hehe tapi aku berharap semua yang aku kerjakan saat ini, sebelum ini dan setelah ini adalah semua hal baik untuk diri ku, aamiiiiin.

Huft, ngalor ngidul ya kayak tidak beralur hehe. Kayaknya aku ngga ada bakat nulis tapi seneng curhat dalam tulisan hahaha. Oke bye :) 



Salam Puzzle,


Ina Gustiana

Saturday, July 12, 2014

Untaian Kata


" Jika tak ada bahu untuk bersandar, dan tak ada tangan untuk digenggam, ingatlah bahwa ada lantai untuk bersujud 
 " Man Jadda Wa Jadda "
- Barang siapa yang bersungguh-sungguh, maka ia akan berhasil -

" Man Shabara Zhafira "
- Barang siapa yang bersabar, maka ia akan beruntung -

Di saat sendiri, bingung dan berada di posisi yang rendah, ketika itu pula ketiga kata-kata diatas selalu menjadi penyemangat yang sudah memiliki tempatnya sendiri didalam diriku.

Saat ini aku dikelilingi kebingungan, kebingungan akan mencari pintu keluar terbaik untuk menyelesaikan apa yang saat ini sedang aku pimpin. Aku merasa kebaikan selalu datang dengan berbagai tuntutaan. Yang terkadang tuntutan itu memperlambat pergerakan.

Aku tau aku tidak sendirian, tetapi ternyata kegiatan kerja praktek memberikan dampak negatif bagi aku dan para pejuang lainnya.

Jujur aku sedih dan takut. Aku sedih karena saat ini hanya bisa berencana tanpa tahu apa yang direncanakan akan dimulai kapan, walaupun aku tahu bahwa semua yang akan berjalan baik berawal dari rencana yang matang. Semoga rencana ku menjadi salah satunya ya Allah, Aaamiiin karena sesungguhnya manusia hanya bisa berencana dan Allah lah yang akan menentukan.




Gambar ini berhenti dan termenung ketika melihat air yang menggenang, air yang menjadi penghalang langkahnya. Dan begitu juga diriku saat ini, tetapi aku yakin bahwa pasti ada cara untuk melewati genangan air itu. Semangaat !!!

Salam Semangat



Ina Gustiana